Sunday, January 31, 2021

Link unduh modul PJJ untuk SMP

 Kangge referensi modul pembelajaran  PJJ Ibu/Bapak.


LINK DOWNLOAD MODUL PJJ MASA PANDEMI - TINGKAT SMP - SEMESTER GASAL


Dapat diakses di http://ditsmp.kemdikbud.go.id/modul-pembelajaran-jarak-jauh-smp/, atau melalui link berikut ini yang berdasarkan modul.


Bahasa Indonesia:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_BahasaIndonesia


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_BahasaIndonesia


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_BahasaIndonesia


Bahasa Inggris:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_BahasaInggris


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_BahasaInggris


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_BahasaInggris


IPA:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_IPA


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_IPA


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_IPA


IPS:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_IPS


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_IPS


https://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_IPS


Matenatika:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_Matematika


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_Matematika


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_Matematika


PJOK:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_PJOK


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_PJOK


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_PJOK


PPKN:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_PPKN


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_PPKN


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_PPKN


Prakarya – Aspek Budidaya:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_Prakarya_BudiDaya


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_Prakarya_BudiDaya


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_Prakarya_BudiDaya


Prakarya – Aspek Kerajinan:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_Prakarya_Kerajinan


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_Prakarya_Kerajinan


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_Prakarya_Kerajinan


Prakarya – Aspek Pengolahan:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_Prakarya_Pengolahan


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_Prakarya_Pengolahan


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_Prakarya_Pengolahan


Prakarya – Aspek Rekayasa:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_Prakarya_Rekayasa


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_Prakarya_Rekayasa


https://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_Prakarya_Rekayasa


Seni Budaya - Seni Musik:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_SeniBudaya_SeniMusik


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_SeniBudaya_SeniMusik


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_SeniBudaya_SeniMusik


Seni Budaya - Seni Rupa:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_SeniBudaya_SeniRupa


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_SeniBudaya_SeniRupa


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_SeniBudaya_SeniRupa


Seni Budaya - Seni Tari:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_SeniBudaya_SeniTari


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_SeniBudaya_SeniTari


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_SeniBudaya_SeniTari


Seni Budaya - Seni Teater:


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP7_Gasal_SeniBudaya_SeniTeater


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP8_Gasal_SeniBudaya_SeniTeater


http://bit.ly/ModulPJJ_SMP9_Gasal_SeniBudaya_SeniTeater

Monday, January 18, 2021

Rizki kesempatan hidup kedua. Pengalaman Penyintas Covid 19

 

Assalammu'alaikum warrohmatullahi wabarokatuh. 

Bismillahirrahmanirrahim

Ijinkan saya bercerita secuil kisah hidup yang cukup pahit tapi teramat berharga. Sekarang saya lihat  banyak orang yang sharing pengalaman mereka sewaktu terkena penyakit covid 19. Jadi tergerak ingin ikutan. Harapannya semoga bisa bermanfaat dan memperkaya hazanah info percovid-an di Indonesia. 😇

Awalnya badan saya kurang nyaman. Pusing dan mudah lelah. Tidak ada kecurigaan sebelumnya. Karena saya memang sedang ada beban tugas yang cukup lumayan. Yang membuat saya harus lembur bekerja malam. Tidak khawatir covid karena saya termasuk jarang keluar rumah. Paling hanya ke kantor saja bekerja atau belanja.

Tapi kemudian saya mendengar ada teman saya yang melakukan test swab mandiri hasilnya positif. Baru mulai mikir sungguh-sungguh. Agak panik juga. Karena posisi duduk di kantor kami satu ruang, mulai curiga bisa jadi saya juga positif. Dengan dugaan seperti itu saya mulai menjaga jarak di rumah sendiri. Saya khawatir dengan suami dan anak yang serumah. kalau saya nanti positif jangan sampai mereka juga kena.

Malamnya saya  minta antar suami untuk tes rapid di Lab Cito dekat Stadion Kridosono Kotabaru Yogyakarta. Hasil keluar hari berikutnya alhamdulillah non reaktif. Jadi tenang rasanya. Tapi tubuh kok masih tetap merasa tidak enak. Makin lemas. kepala berat dan pusing, batuk, tulang dan persendian sakit semua, mulut tidak enak untuk makan.  Dan kemudian mendengar juga info kalau tes rapid ternyata sering tidak akurat. Berbekal informasi tersebut maka saya menghubungi hotline Puskesmas di desa saya, melapor kondisi yang saya rasakan.

Sambil menunggu tindakan dari puskesmas, saya terus melakukan isolasi di rumah. Sejak saya mulai isolasi tersebut. Saya tidak berani memasak untuk orang lain, karena khawatir menulari. Suami yg memasak atau beli, dan kadang juga dikirimi kakak. Saya memaksa menyendiri di kamar. Setiap  ada yg mendekat saya langsung jaga jarak dan segera saya minta keluar, gelas dan handuk saya sendirikan. Setiap keluar kamar yg pertama saya lakukan adalah cuci tangan selama minimal 20 detik. Keluar kamar pun  berusaha saat suasana  sepi. Saat yang lain masuk kamar, baru saya keluar. 

Salah satu hal yang membuat kondisi tidak bisa segera pulih adalah mulut yang tidak enak untuk makan. Lidah masih bisa merasakan asin, manis, pahit. Tapi tidak bisa merasakan gurih. Sehingga saya tidak berselera makan.  Saking kepingin sembuh maka saya sampai pernah memaksakan diri mengunyah dan menyesap daun sirih. Rasanya tidak enak sampai hampir muntah. Tapi tetap saya paksa. Karena rasa daun sirih yang sangat tidak enak itu. Pahit dan pengar. Menyebabkan lidah lalu bisa berdamai dengan rasa makanan. Sehingga sesudahnya saya mulai bisa makan. meski tetap tidak bisa senikmat saat sehat.  Saya juga berusaha mencari sebanyak mungkin informasi mengenai covid 19 dengan berselancar semaksimal mungkin di dunia maya.

Oleh Puskesmas laporan saya diterima dengan baik, diminta mengisi formulir berisi berbagai data yg diperlukan lalu dijadwal untuk swab. Saya mendapat jadwal untuk tes swab selama 2 hari. Jum'at dan Sabtu tanggal 30 dan 31 Oktober 2020 di RSLKC Bambanglipuro Bantul. Kira-kira berjarak 16 km dari rumah.  Saya berangkat selama 2 hari itu diantar suami pakai mobil. Itupun saya tidak mau duduk bersebelahan. Saya memilih duduk di belakang. Sambil bercanda saya bilang, '"Sekali-sekali Ayah jadi supir ya Yah... ".

Saat tes ada beberapa hal yang dilakukan. Mengisi data dan pernyataan bersedia di tes. Kemudian cek tensi atau tekanan darah. Cek Jantung, Pengambilan sample untuk tes swab. Pengambilan sample untuk tes rapid.  Dan satu lagi uji coba Tes Genose yang dilakukan dengan cara meniup semacam kantong plastik untuk dianalisa kandungan dalam nafas kita.

Ternyata hasil tidak bisa cepat saya terima karena Puskesmas sedang sibuk terkait adanya cluster di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren tersebut di desa saya juga. kampung sebelah.  Akhirnya tanggal 3 November saya jemput bola , saya hubungi Puskesmas, minta info hasil tes. Puskesmas kemudian memberi tahu bahwa hasil tes swab saya positif. 

Tidak terlalu  kaget juga. Karena semua gejala yang dirasakan sesuai. Hanya penciuman saya tetap normal, sedangkan indra perasa hilang sebagian. Masih bisa merasakan asin, manis, pahit, tapi rasa gurih hilang. Tapi tetap saya merasa sedih karena dibalik rasa sakit tubuh karena covid, di situ tersimpan juga secara tersembunyi, kekhawatiran ada keluarga yg ikut kena, dan juga  rasa sakit karena adanya stigma masyarakat terhadap orang bahkan keluarga yang menderita covid. 

Hari itu juga saya dijadwalkan karantina rawat inap di RSLKC Covid Bambanglipuro Bantul. Suami dan anak pun hari itu juga dijadwalkan mengikuti tes swab. Saya agak mengkhawatirkan anak saya yg kecil. Bukan karena khawatir dia positif, saya merasa cukup yakin dia negatif. Tapi kasihan karena dia harus merasakan tes swab yg harus dicolok hidung dan tenggorokan nya. Pasti kurang nyaman untuk anak kecil. Saat saya tes swab yang hari Jumat, kebetulan berbarengan dengan anak kecil perempuan yg menangis saat mau di swab. Dia ketakutan tapi ibunya marah-marah dan memaksa agar dia cepat di swab. Jadi sedih lihatnya. 

Suami dan anak saya dijadwalkan tes swab jam 10 pagi itu, sedang jadwal saya masuk RS jam 3 sore.  Tanggal 3 November itu ulangtahun anak saya yang paling kecil, ternyata hadiah dari Allah untuknya adalah ibunya positif covid harus karantina di RS dan dia harus swab. Kasihan nak, semoga ini pertanda Allah akan memberikan rizki yang luarbiasa untukmu di masa depan. aamiin...

Ketika mereka berangkat tes swab, karena ada jadwal mengajar saya mengajar daring sambil tiduran di kasur, meski badan tidak karu-karuan rasanya. Sejak beberapa hari sebelumnya gejala itu memang lumayan terasa. Kepala sakit, badan lemas, tulang sakit semua, tenggorokan tidak nyaman. Bernafas pun hanya bisa pendek-pendek. Tapi alhamdulillah saya tidak mengalami sesak napas. 

Dalam kondisi seperti ini, betul-betul bersyukur,  alhamdulillah sangat terasa betapa kebijakan pemerintah mewajibkan sekolah melakukan daring itu sangat bermanfaat. Bayangkan ketika dalam kondisi yang saya rasakan ini sekolah dilakukan secara luring jelas tidak mungkin. Selain badan saya tidak kuat. Sangat beresiko menularkan virus covid 19.  Hal yang sangat berbahaya tentang penyakit ini adalah kemudahan penularan dan masifnya pergerakan virus. Tidak kelihatan jadi menyulitkan pengendaliannya. 

Sesudah selesai mengajar di jadwal hari itu, saya mulai mempersiapkan barang bawaan. Di RSLKC kami tidak usah membawa baju ganti untuk disana. Karena ada seragam khusus untuk pasien. Maka barang bawaan saya tidak cukup banyak. Saat saya memaksakan mandi sebelum berangkat, karena kondisi siang meski sakit saya pakai air dingin. Ternyata kesehatan yang menurun lalu diguyur air dingin membuat saya tidak kuat. Selesai mandi saya sudah kliyengan dan lemas nyaris pingsan. Akhirnya membuat minum hangat, sesudah minum ada tenaga. 

Sayapun berangkat ke RSLKC Bambanglipuro Bantul diantar suami. Saat disana sudah ada beberapa orang yg  menunggu untuk masuk juga. Sesudah menunggu lalu kami disuruh masuk. Saat saya disuruh masuk,  suami pun pulang. Di dalam RS kami semua menjalani pemeriksaan awal. Cek tensi darah, jantung, paru-paru. Dan juga tes  swab lagi. Sesudah semua tes tersebut barulah kami diajak menuju kamar. 

Ketika menuju kamar yang kebetulan saya mendapat kamar di lantai 2. Saat memasuki ruangan kami melewati pintu yang bertuliskan Zona Merah. Rasanya sedih, pintu ini menjadi batas saya dengan dunia luar. Sesudahnya saya baru tahu, bahwa semua orang terkecuali pasien,  yang masuk melalui pintu tersebut harus menggunakan pakaian APD. Baik dokter, perawat, atau bahkan cleaning service sekalipun. 


Pintu masuk ke kamar  yang memisahkan pasien dengan dunia luar

Berfoto bersama petugas cleaning service yang ber APD (mohon abaikan rambut yang sedikit kelihatan)

Sebagai info tambahan,  di Bantul terdapat beberapa kriteria pasien covid. Pasien tanpa gejala, mereka dinyatakan positif tapi fisik sehat maka mereka dikarantina di shelter. Terdapat dua shelter yaitu Bambanglipuro dan Niten. Di shelter, pelayanan kesehatan tidak terlalu maksimal. Karena sebagian besar fisik pasien  bagus. Mereka hanya dikarantina. Diberi fasilitas akomodasi yang memadai dan bagus termasuk makan dan minum. Pengobatan berupa vitamin dan jika diperlukan obat sesuai keluhan yang dialami pasien. Selalu ada dokter dan tenaga kesehatan yang memantau. Di shelter areanya cukup luas, pasien diijinkan berjalan-jalan. Senam bersama setiap pagi di halaman. Berjemur setiap hari. Pasien menggunakan baju mereka sendiri tidak menggunakan seragam pasien. Jumlah pasien per kamar menyesusikan luas area kamar.

Pasien yang positif dengan gejala sedang dikarantina di RSLKC Bantul. Saya akan banyak menceritakan di RSLKC ini, karena yang saya alami sendiri. Di sini pengawasan lebih ketat. Area gerak pasien sangat terbatas. Pasien hanya bisa beredar di kamarnya sendiri, area menjemur baju yang juga indoor bukan outdoor, dan kamar mandi. Disini pasien diberi seragam khusus. Fungsinya banyak antara lain memudahkan pasien agar tidak perlu mencuci terlalu banyak, dan meminimalisir membawa virus keluar. 

Penanganan kesehatan disini cukup intensif. Sehari 3x dokter dan perawat berkeliling mengecek kondisi setiap pasien. Semua keluhan didengarkan dan berusaha dicarikan solusi. Bahkan jika perlu konsultasi pada psikolog pun bisa diusahakan. yang rutin dicek pada semua pasien  adalah tensi, suhu,  dan saturasi oksigen. Batas saturasi oksigen yang bagus adalah 96-99. Alhamdulillah selama disana setiap hari saya selalu 96, meski batas bawah aman dan terendah di kamar, yang penting kan aman. Padahal yang di kamar hampir semua lebih tua dari saya. Hanya satu yang masih muda. Pernah sekali saya mencapai 97. Seingat saya waktu itu habis olahraga. Bisa jadi setelah olahraga peredaran darah menjadi lancar maka penyerapan oksigen juga makin lancar. Di sini kami tetap diminta olahraga lho. Tetapi tidak bisa bersama-sama seluruh pasien dikumpulkan. Hanya disampaikan melalui pengeras suara agar pasien berolahraga dan disetelkan musik yang cocok untuk senam. Alhamdulillah saya membawa laptop, sehingga bisa digunakan untuk menyetel video senam. Kami senam bersama di kamar. 

Salah satu gejala yang dirasakan oleh kami semua adalah insomnia alias sulit tidur. Jarang bisa tidur nyenyak. Bahkan ada teman sekamar yang saat tidur sambil berteriak-teriak , mungkin karena mimpi buruk .  Saya juga sulit tidur, sampai tidak berani tidur siang, agar kalau malam bisa nyenyak. Pernah satu kali, entah malam ke berapa saya tidur tapi seperti setengah sadar seolah melihat film dipertontonkan berbagai simbol kematian. Saat terjaga jadi tidak berani tidur lagi. Bisa jadi itu semua adalah kemunculan alam bawah sadar kami yang sebenarnya takut dengan ancaman covid 19 yang bisa cukup fatal. Setelah mengeluh kepada dokter akhirnya kami sempat diberi obat tidur agar bisa maksimal beristirahat.


 Bersama teman sekamar, ada satu ibu dari kamar sebelah yang juga ikut berfoto sehingga jumlahnya 7 orang. Itu seragam kami  setiap hari di RS. setelan celana dan baju berwarna hijau army. Setiap hari diberi ganti seragam bersih 2x.  (Masker dibuka sebentar untuk foto).

Berbicara mengenai saturasi oksigen ada seorang teman di RSLKC yang kondisinya memburuk sehingga saturasi oksigennya hanya 92. Maka kemudian dia dipindahkan ke RS Panembahan Senopati untuk mendapat perawatan yang lebih intensif.  Ada lagi teman yang di shelter kondisinya memburuk, lalu dipindahkan ke RSLKC. Disini kelihatan ya jenjang fasilitas kesehatan sesuai berat ringannya gejala.

Pada pasien khusus disiapkan juga alat EKG untuk mengetahui kondisi jantung. Selain itu makanan juga diatur. Semua menu diatur sangat memadai dan bergizi, tapi bagi yang memerlukan perkecualian karena kondisinya maka diberi makanan diet khusus. Jumlah pasien per kamar menyesuaikan luas area kamar. Kebetulan saya mendapat teman sekamar berjumlah 6 orang. 


 Tidak boleh kemana-mana. Shalat pun di sebelah tempat tidur. (ini sengaja minta tolong difotokan untuk kenang-kenangan, bukan untuk riya' menunjukkan kemampuan shalat) 🙏😞

                                                                Contoh menu di Rumah Sakit saat itu


                                                                Kunjungan Dokter dan Perawat 3x sehari

Bagi pasien yang bergejala berat maka di karantina di RS Panembahan Senopati atau dikenal juga dengan RS Jebugan. Ketika kemudian tempat kurang maka dibuka juga perawatan covid di RSPAD Harjolukito. Sekarang ini sedang diusahakan untuk membuka satu RS lagi, yang kebetulan berada di desa saya Desa Panggungharjo yaitu RS Patmasuri. Shelter ini akan digunakan untuk OTG dan juga pasien bergejala ringan dan sedang. 

Saat di karantina di RSLKC saya tetap mengajar, karena kalau mau dialihkan ke teman lain waktunya cukup nanggung. Sebulan lagi Penilaian Akhir Semester. Apalagi kondisi saya masih kategori ringan-sedang. 


              Karantina sambil tetap mengajar

Alhamdulillah di RS mendapat berita baik. Semua upaya  saya ketika di rumah meng- isolasi sendiri di kamar  membuahkan hasil. Saat saya di RS diberi informasi oleh suami. Kontak erat saya suami dan anak yang dirumah, hanya 2 anak  karena 2 anak lagi di pondok pesantren. Ketika tanggal saya dinyatakan positif lalu tanggal itu juga suami dan anak ikut swab, alhamdulillah hasilnya negatif semua. Hal ini menunjukkan meski covid ada disekitar kita, jika kita menerapkan protokol yg benar maka tidak usah kuatir tertular covid. Nyatanya orang yg serumah dengan saya 24 jam setiap hari pun tidak ketularan asalkan protokol kesehatan betul-betul dimaksimalkan.

Kenapa saya isolasi mandiri. Karena saat itu saya mendapatkan info teman saya positif, dan saya merasa ada gejala-gejala seperti yang diberitakan tentang covid. Badan saya demam, nggregesi , tulang dan otot sakit semua. Batuk. Sakit kepala. Tapi alhamdulillah  merasakan semua gejala yang tidak enak itu saya syukuri. Dikarenakan semua itu alarm dari Gusti Allah. Saya langsung isolasi mandiri dan penerapan protokol kesehatan ketat di rumah. Seandainya saya tidak merasakan gejala padahal saya positif atau OTG, dan saya tidak menyadari akan sangat tidak baik. Karena bisa menjadi rantai penularan kemana-mana. Karena banyak kasus yang dia tidak bergejala badannya sehat tidak demam, tidak batuk, dll tetapi ketika di swab ternyata positif. 

Inilah pentingnya keterbukaan dan kesadaran diri sehingga mampu menjaga kesehatan lingkungan masyarakat sekitar.Salah satu hal yang saya anggap penting mengingat masih ada stigma masyarakat yang masih kurang tepat. Maka mari coba kita ulas sedikit. Semampu saya yang orang awam tentunya:

Apakah covid berbahaya?

Ya karena daya menularnya yang sangat mudah terlebih tidak kelihatan.

Apakah covid mematikan?

Ya, bagi orang yg berresiko umur sudah sepuh dan atau memiliki penyakit comorbid atau penyakit penyerta. 

Apa saja yg termasuk penyakit comorbid?

Antara lain diabetes,  kanker, darah tinggi, jantung, paru-paru, maupun yang pasca operasi karena ketahanan tubuhnya sedang kurang baik, dan lain-lain.

Kenapa tidak semua saja digenapkan 14 hari di RS?

Karantina bisa berbeda-beda jumlah harinya tergantung kondisi fisik.. Ada yang lama ada yang sebentar. Saya sendiri karantina 9 hari sebab saat di rumah sudah mulai sakit beberapa hari sebelumnya. Kenapa berbeda-beda karena menurut penelitian sesudah hari ke 11, maka meski masih positif tetapi virus covid sudah tidak infeksius alias tidak bisa menular lagi. Sehingga yang sudah sehat dan positif tapi sudah hari ke 11 sudah boleh keluar. Yang masih sakit badannya, meski sudah melewati 14 hari tetap harus di RS untuk dipulihkan kondisinya. Maka ada yang bahkan sampai 3 minggu bahkan bulanan karena badannya yang masih belum kuat. 

Pengalaman saya pribadi sepulang dari RS kita tidak bisa begitu saja langsung pulih. Tetapi perlu dikembalikan kondisi tubuh kita  sedikit demi sedikit. Badan mudah capek. Senam ringan 10 menit rasanya seperti senam aerobik 2 jam. nafasnya mengkis-mengkis. 

Pernah saya nekat mencuci baju cukup banyak secara manual tanpa mesin cuci. Sesudah selesai saya berkeringat dingin, lemas, nafas pendek-pendek. Sampai konsultasi ke beberapa orang. Sudah buka  aplikasi shopee segala. Mau membeli oksigen untuk membantu pernapasan yang rasanya berat. Tapi kemudian saya coba istirahat, tiduran sambil meditasi mengatur nafas. Alhamdulillah perasaan yang tadinya panik menjadi tenang, lalu kondisi membaik. Tapi sesudah itu saya kapok mengeluarkan tenaga besar. lebih baik melakukan segala sesuatu sedikit demi sedikit. Tapi kondisi fisik terjaga. 

Hal itu dikarenakan saat saya dinyatakan positif , yang biasa membantu di rumah langsung diliburkan. Karena kasihan dan khawatir kalau dia  sampai ketularan. Karena itu semua pekerjaan di rumah harus dikerjakan sendiri. Terimakasih pada suami yang sudah luaarbiasa mengurusi semuanya...😘 Barokallahu ayah.

Ada kejadian, sesudah saya masuk RS. Suami langsung menyingsingkan baju membersihkan rumah agar steril. Mengganti sprei sampai menjemur kasur yang berat sendirian. Walhasil dia sendiri kemudian nge-drop. Masuk UGD, saya tahunya waktu anak saya telepon menanyakan dimana letak kartu-kartu kesehatan.  Sedih rasanya, saya dikarantina di RS, suami masuk UGD. Tapi alhamdulillah suami tidak perlu opname. Hanya dia kemudian terpaksa harus bedrest di rumah. Alhamdulillah juga keluarga besar mendukung, sehingga semua tetap terkendali. Yang mengantar suami ke UGD adalah mas ipar kami, yang mengirim masakan setiap hari adalah kakak. Terimakasih ...terimakasih...terimakasih...  🙏

Apakah terkena penyakit Covid itu aib, karena ada yg malu dan berusaha menyembunyikan?

Covid bukan aib. Dia memang ditakdirkan Allah untuk beredar diantara manusia. Untuk mengajari, memberi hikmah dan barokah. Banyak yg bisa kita ambil hikmahnya dari situ.

Ada orang yg masih menganggap aib, padahal jika penyakit menular disembunyikan itu justru malah bisa berefek kurang baik. Inilah yang perlu diperbaiki, yaitu stigma masyarakat terhadap orang yang sakit covid. Maka perlu dilakukan belajar terus menerus, pentingnya peran edukasi terhadap masyarakat. Stop menganggap covid aib ya. 

Lalu bagaimana dengan para penyintas covid, atau orang yang sembuh dari covid. Jangan terlalu takut atau paranoid terhadap mereka. Orang2 yang terkena Covid apa lagi yg sudah  melewati 11 hari justru dia adalah orang yg paling aman Covid. Kenapa karena virus yg ada ditubuhnya jelas hilang atau tidak bisa menular dan sesudah 14 hari otomatis mati sendiri virusnya. Dan dia sudah memiliki kekebalan terhadap Covid paling tidak hingga 3 bulan kedepan. 

Ada teman yang sembuh dari covid yang cerita. Dia berdiri di teras rumahnya. ada halaman yang cukup dari teras ke pagar rumah, baru jalan kampung. Ketika ada tetangga yang mau lewat , tetangganya tersebut ketakutan langsung balik kanan, tidak jadi lewat. Nah ini namanya salah kaprah. Orang yang sudah sehat kok ditakuti.  

Lalu bagaimana kekebalan penyintas covid sesudah 3 bulan?

Kekebalan tubuh penyintas covid kembali sama seperti orang lain yg belum pernah kena covid.sama persis dengan semua orang di masyarakat. Sehingga harus selalu menjaga kebersihan, pakai masker, menjaga jarak, jauhi kerumunan, dan sering cuci tangan dengan sabun agar tidak terkena penyakit tsb.

Disini saya tidak akan membahas tentang pro kontra vaksin ya, karena saya memang belum merasakan divaksin dan tidak memiliki kemampuan tentang itu. Tetapi jika ternyata saya kemudian diminta untuk divaksin insya Allah saya siap. 

Kenapa perhitungan karantina 14 hari?

Karena memang 14 hari itulah masa inkubasi virus covid 19.

Jadi yang positif covid hari pertama hingga ke 10 itulah yg berbahaya bisa menularkan. 

Bisa dicek di artikel ini

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200524125357-4-160585/penelitian-ini-temukan-corona-tak-menular-setelah-11-hari

Sebenarnya tes swab itu caranya bagaimana?

Ini perlu disampaikan karena masih ada orang yg tidak faham, dan info yg beredar justru malah tidak benar. Ada yg menanyakan pada Bu RT kampung sebelah. katanya dia takut swab karena sepengetahuan nya tes swab itu menggunakan selang panjang dimasukkan ke tenggorokan menuju hidung lalu menembus otak. Ini JELAS SALAH. 😅🙏🏻

Hingga saat ini yg saya ketahui ada tiga jenis tes dalam Covid 19.

1. Tes Rapid yaitu tes cek keberadaan virus Covid dari darah. Darah kita diambil sedikit dari siku bagian dalam. Tetapi hasil tes rapid ini cenderung kurang akurat karena banyak kasus sudah tes rapid hasilnya non reaktif tetapi ketika di tes swab ternyata positif. 

2. Tes Swab , sekarang ini dianggap sebagai tes yang paling akurat. Cara melakukan nya adalah di ambil sampel cairan dari belakang hidung, maka melalui hidung menggunakan semacam cotton bud panjang dicuthik di belakang hidung kita. Dan juga diambil dari tenggorokan sama dengan semacam cotton bud panjang. Apakah sakit? Hanya sedikit. Terutama karena kita risi saja tidak pernah dibegitukan. 

Hasil tes swab kelemahan nya adalah sangat sensitif mendeteksi virus, sehingga virus mati atau bangkai virus juga masih dilaporkan positif. Padahal sebenarnya yg di dalam sudah mati semuanya. Tes swab nanti ada beberapa macam antara lain antigen dan PCR. 

3. Tes Uji Nafas Ge Nose, ini adalah tes terbaru yg sedang proses diujicobakan. Caranya adalah dengan menghembuskan nafas kita ke semacam plastik . Lalu hasilnya dianalisa dengan program komputer khusus.

Apakah Covid bisa disembuhkan?

Sangat bisa dan sebenarnya sangat mudah sembuh. Meski obat anti covid belum ditemukan tetapi sebenarnya obatnya ada di semua orang itu sendiri. Obatnya adalah imunitas kita sendiri. 

Makanya bagi yang sudah merasakan seperti saya karantina di RS. Disana pasien diperlakukan sangat baik. 

Saat masuk kami di rontgen paru, rekam jantung. 

Kami dicek kesehatan sehari 3x. Cek tensi, saturasi oksigen, dan suhu. 

Makanan dan minuman sangat cukup dan terjamin kualitas gizinya. Bagi yang butuh perlakuan khusus terkait makanan maka disediakan sesuai kebutuhan pasien. Semua keluhan ditangani, misal yg pusing langsung diberi obat pusing, yang batuk di beri obat batuk  dll. Diajak senam juga utk kebugaran. Hanya kita memang tidak boleh kemana-mana karena karantina. Area bergerak terbatas. Berjemur hanya bisa hari minggu itupun dijadwal per kamar. Selama 9 hari saya di karantina belum pernah mendapatkan kesempatan berjemur. Hal ini menyebabkan ketika di rumah lagi, saya menikmati betul kesempatan bisa berjemur itu.

Kondisi penanganan di RS yang baik menyebabkan pasien juga segera membaik.

Demikian sekilas informasi mengenai covid yang bisa saya berikan. Semoga bermanfaat, dan semoga tidak ada lagi yg melakukan diskriminasi kepada para penyintas (orang yg sembuh dari) Covid 19. 

Sekali lagi Covid bukan aib jangan takut dan khawatir berlebihan terhadap Covid hingga membuat kita mendzolimi orang lain. 

Tetapi juga jangan abai dan menyepelekan penyakit ini. 

Ini penyakit baru, semua ahli masih mempelajari terus menerus. Sehingga informasi tentang covid seperti yang saya sampaikan diatas bisa jadi akan berubah di masa depan. Wallahu a'lam. 

Sebagai penyintas maka saya akan memanfaatkan semua media yg saya miliki untuk menyebarkan sedikit pengetahuan saya tentang penyakit ini. 

Hal yang penting adalah: Tetap jaga kesehatan, kebahagiaan, dan imunitas kita. 

Pakai masker, jaga jarak, jauhi kerumunan, sering cuci tangan. 

Terimakasih atas perhatian pembaca semua. 

Jika ada yang mau bertanya apapun monggo, akan saya jawab sebisanya. Jika saya tidak bisa menjawab akan saya tanyakan pada dokter ataupun tenaga medis yg saya kenal. 

Pengalaman sakit covid ini rasanya luarbiasa memberi pengalaman berharga. Apalagi sesudahnya mendapat info di kampung sebelah ada yang lebih muda dari saya meninggal dunia karena covid. Hal ini menyebabkan saya merasa diberi kesempatan kedua untuk hidup, semoga bisa mengumpulkan banyak amal baik, sebelum kelak saya betuul-betul akan dipanggil Allah Swt, 

Sekian ada kurangnya mohon maaf. Salam sehat selalu

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarokatuh

Hormat saya

Nurokhmah

 

Ucapan Lebaran yg indah dan syahdu...

 ﷽ 70 UCAPAN LEBARAN IDUL FITRI 2022 Seluruh umat muslim akan menyambut datangnya hari kemenangan, Hari Raya Idul Fitri. Sudah menjadi tradi...