Wednesday, January 29, 2020

Materi Etos Kerja
Kelas XII SMK


Pengertian Etos Kerja  
(dari berbagai sumber)

Etos kerja
adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja (Sukardewi, 2013:3). Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15).
  • Menurut Sinamo (2011:26), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral.
  • Menurut Panji Anoraga (2001:29), etos kerja adalah pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja, oleh karena itu menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai suatu yang luhur, sehingga diperlukan dorongan atau motivasi. 
  • Menurut Madjid (2000:410), etos kerja ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seseorang individu atau sekelompok manusia. 
Ciri-ciri Etos Kerja 
  1. Kecanduan terhadap waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan terus merayap dari detik ke detik dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalu tak akan pernah kembali kepadanya. 
  1. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas). Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja adalah nilai keihklasan. Karena ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih. 
  1. Memiliki kejujuran. Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan kalbu yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang luhur. Kejujuran bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam sebuah keterikatan.
  1. Memiliki komitmen. Komitmen adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya. Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan, yang melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah. 
  1. Kuat pendirian (konsisten). Konsisten adalah suatu kemampuan untuk bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola emosinya secara efektif
Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Kerja 
  1. Agama. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran agama yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. 
  1. Budaya. Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
  1. Sosial Politik. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. 
  1. Kondisi Lingkungan/Geografis. Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. 
  1. Pendidikan. Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras. 
  1. Struktur Ekonomi. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh. 
  1. Motivasi Intrinsik Individu. Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang.
  1. Kecanduan terhadap waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan terus merayap dari detik ke detik dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalu tak akan pernah kembali kepadanya. 
  1. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas). Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja adalah nilai keihklasan. Karena ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih. 
  1. Memiliki kejujuran. Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan kalbu yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang luhur. Kejujuran bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam sebuah keterikatan.
  1. Memiliki komitmen. Komitmen adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya. Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan, yang melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah. 
  1. Kuat pendirian (konsisten). Konsisten adalah suatu kemampuan untuk bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola emosinya secara efektif.
  • Toto Tasmara. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
  • Sinamo, Jansen. 2011. Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Mahardika.
  • Sukardewi, Nyoman, et. all. 2013. Kontribusi Adversity Quotient (AQ) Etos Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Amlapura. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, volume 4.
  • Panji Anaraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Madjid, N. 2000. Masyarakat Religius. Jakarta: Pavamadina.

Dalam atikelnya beliau membandingkan etos kerja yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia dan dua negara lainnya yaitu Jerman dan Jepang yang memang terkenal dengan etos kerjanya. Jepang terkenal dengan etos Samurai, (1) bersikap benar dan bertanggungjawab, (2) berani dan ksatria, (3) murah hati dan mencintai, (4) bersikap santun dan hormat, (5) bersikap tulus dan sungguh-sungguh, (6) menjaga martabat dan kehormatan, dan (7) mengabdi pada bangsa.
Sedangkan Jerman dikenal memiliki etos (1) bertindak rasional, (2) berdisiplin tinggi, (3) bekerja keras, (4) berorientasi sukses material, (5) tidak mengumbar kesenangan, (6) hemat dan bersahaja, serta (7) menabung dan berinvestasi.
Bagaimana dengan Indonesia?? dalam artikelnya Beliau mengutip Mengutip Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia [1977], ‘etos kerja’ orang Indonesia adalah (1) Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati; (2) Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam; (3) Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi; (4) Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib; (5) Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, plinplan, dan gampang terintimidasi. Dari kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu (6) Artistik; dekat dengan alam. Dengan melihat keadaan saat ini, ini merupakan kenyataan pahit, yang memang tidak bisa kita pungkiri, dan memang begitu adanya.

Namun lanjutnya, dari 220 juta jiwa rakyat Indonesia, tidak semua memiliki etos kerja buruk seperti disebutkan diatas. Masih ada organisasi yang peduli dan mau mengubah etos kerja yang disematkan ke bangsa Indonesia saat ini (Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia [1977]). Seperti contohnya sebuah bank nasional saat ini sedang mencoba merumuskan etos mereka yaitu (1) berorientasi kepada nasabah, (2) menjunjung integritas, (3) berdisiplin, (4) kerjasama, (5) saling percaya dan saling menghormati, (6) pemberdayaan SDM, (7) keseimbangan, (8) kepemimpinan, dan (9) kepedulian pada lingkungan. Itulah etos yang hendak ditegakkan dan diharapkan bisa mengubah mereka menjadi lebih baik.

Kita harapkan etos kerja yang diterapkan tersebut bisa diimplementasikan dalam kerja nyata dan akan lebih baik lagi jika hal positif tersebut menyebar kepada semua Organisasi kerja diseluruh Indonesia.

Lebih lanjut lagi beliau mengatakan, bangsa Indonesia adalah negara yang kaya dan merupakan bangsa yang besar. Indonesia dikarunia sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Dan itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Namun pada Kenyataannya rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin meningkat, dan banyak anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. 

Namun lanjutnya, dari 220 juta jiwa rakyat Indonesia, tidak semua memiliki etos kerja buruk seperti disebutkan diatas. Masih ada organisasi yang peduli dan mau mengubah etos kerja yang disematkan ke bangsa Indonesia saat ini (Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia [1977]). Seperti contohnya sebuah bank nasional saat ini sedang mencoba merumuskan etos mereka yaitu (1) berorientasi kepada nasabah, (2) menjunjung integritas, (3) berdisiplin, (4) kerjasama, (5) saling percaya dan saling menghormati, (6) pemberdayaan SDM, (7) keseimbangan, (8) kepemimpinan, dan (9) kepedulian pada lingkungan. Itulah etos yang hendak ditegakkan dan diharapkan bisa mengubah mereka menjadi lebih baik.
Kita harapkan etos kerja yang diterapkan tersebut bisa diimplementasikan dalam kerja nyata dan akan lebih baik lagi jika hal positif tersebut menyebar kepada semua Organisasi kerja diseluruh Indonesia.
Lebih lanjut lagi beliau mengatakan, bangsa Indonesia adalah negara yang kaya dan merupakan bangsa yang besar. Indonesia dikarunia sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Dan itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Namun pada Kenyataannya rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin meningkat, dan banyak anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Data Penduduk miskin sampai pada tahun 2009.

Salah satu faktor rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh Indonesia yaitu negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang justru sering disalahgunakan.

Melihat kenyataan etos di Indonesia yang buruk, Jansen menawarkan solusi. Bagi ia, jawaban atas keberhasilan sebuah bangsa atau organisasi terletak pada etos kerja (culture) mereka. Dalam buku berjudul Culture Matters, Huntington menulis prakata yang mengatakan tiga puluh tahun yang lalu, Ghanadan Korea Selatan memiliki kesamaan dalam banyak hal seperti indikator ekonomi dan sebagainya.

Salah satu faktor rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh Indonesia yaitu negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang justru sering disalahgunakan.
Melihat kenyataan etos di Indonesia yang buruk, Jansen menawarkan solusi. Bagi ia, jawaban atas keberhasilan sebuah bangsa atau organisasi terletak pada etos kerja (culture) mereka. Dalam buku berjudul Culture Matters, Huntington menulis prakata yang mengatakan tiga puluh tahun yang lalu, Ghanadan Korea Selatan memiliki kesamaan dalam banyak hal seperti indikator ekonomi dan sebagainya.
Culture dalam bahasa Jansen adalah etos. Etos mencakup sikap terhadap waktu, kerja, dan masa depan yang kemudian membentuk sehimpunan perilaku khas individu atau organisasi. Pada tingkat internasional sudah dibuktikan bahwa maju tidaknya peradaban sebuah bangsa ditentukan oleh etosnya. Perusahaan-perusahaan kelas dunia seperti Matshushita dari Jepang, Kodak dari Amerika, juga berhasil karena mempunyai etos kerja yang unggul.
Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari ALLAH SWT. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.
bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan
Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar pengisi waktu tapi perintah Allah. “Amanat itu mendatangkan rezeki,sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan” (HR Dailami).
Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3. Kerja Adalah Panggilan
Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri kita sendirim, “I’m do my best!” Dengan begitu kita tidak akann merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya
Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, apa yang harus kita aktualisasikan ?
- kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab
- kejujuran
- disiplin
- kemauan untuk maju
- Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang anda lakukan sebelum anda
- menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja
- adalah aktualisasi diri.
Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus
diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain, setiap
aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata. Setiap
ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi
seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata
Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi
Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti yang anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita menjadi “hijau” melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yg kita miliki.
Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh apapun pekerjaan k
ita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang lain yang lebih besar akan datang kepada kita
Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.
Seseorang yang memiliki etos kerja, akan terlihat pada sikap dan tingkah lakunya dalam bekerja. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri etos kerja:

Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu (Anoraga, 2001:52):

Daftar Pustaka


Pengayaan Materi

Artikel Pak Jansen Hulman Sinamo berjudul "Etos Kerja Indonesia". Pak Jansen Hulman Sinamo adalah Direktur utama Institut Dharma Mahardika. 
Namun, sekarang Korea Selatan sudah menjadi negara yang sangat maju sedangkan Ghana nyaris tidak mengalami perubahan alias berjalan di tempat. Kenapa hal itu bisa terjadi? Semua analisis akhirnya sampai pada satu kesimpulan, akar penyebabnya adalah culture (budaya).
Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang terkenal dari berbagai latar belakang seperti Nelson Mandela, Mahatma Gandi, dan sebagainya. Mereka semua muncul sebagai tokoh dunia karena etos - cita-cita, nilai, prinsip, pilihan, standar perilaku – yang mereka miliki berbeda dari manusia kebanyakan. Bercermin pada pengalaman di ataslah yang menjadi motivator dan menggerakkan Jansen untuk membuat Ethos21
Untuk dapat membangun kembali etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri yang antara lain:
Untuk dapat membangun kembali etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri yang antara lain:
1. Kerja Adalah Rahmat Dari Allah SWT
Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari ALLAH SWT. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.
Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan
bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan
2. Kerja Adalah Amanah
Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar pengisi waktu tapi perintah Allah. “Amanat itu mendatangkan rezeki,sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan” (HR Dailami).
Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

3. Kerja Adalah Panggilan

Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri kita sendirim, “I’m do my best!” Dengan begitu kita tidak akann merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya
4. Kerja Adalah Aktualisasi
Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, apa yang harus kita aktualisasikan ?
- kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab
- kejujuran
- disiplin
- kemauan untuk maju
- Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang anda lakukan sebelum anda
- menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja
- adalah aktualisasi diri.
Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.
5. Kerja Adalah Ibadah
Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus
diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain, setiap
aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata. Setiap
ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi
seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata
6. Kerja Adalah Seni
Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi
7. Kerja Adalah Kehormatan
Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti yang anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita menjadi “hijau” melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yg kita miliki.
Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang lain yang lebih besar akan datang kepada kita
8. Kerja Adalah Pelayanan
Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Wednesday, January 15, 2020

Pengertian, maksud, dan tujuan Upacara Bendera


TATA UPACARA BENDERA (TUB)

ARTI

Tata : mengatur, menata, menyusun

Upa : rangkaian

Cara : tindakan, gerakan

Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.

SEJARAH

Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.

DASAR HUKUM

1. Pancasila

2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)

3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)

MAKSUD DAN TUJUAN

a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.

b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah, yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

PEJABAT UPACARA

a. Pembina Upacara

b. Pemimpin Upacara

c. Pengatur Upacara

d. Pembawa Upacara

PETUGAS UPACARA

a. Pembawa naskah Pancasila

b. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

c. Pembaca Do’a

d. Pemimpin Lagu

e. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera

f. Kelompok Pembawa Lagu

g. Cadangan tiap perangkat

PERLENGKAPAN UPACARA

1. Bendera Merah Putih

Ukuran perbandingan 2 : 3

Ukuran terbesar 2 X 3 meter

Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter

2. Tiang Bendera

Minimal 5 meter maksimal 17 meter

Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 5

3. Tali Bendera

Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar dan bukan tali plastik

4. Naskah-naskah

1. Pancasila
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
3. Naskah Do’a
4. Naskah Acara 
5. Janji Pelajar


Mengapa perlu UPACARA BENDERA ??

Upacara Bendera adalah salah satu bentuk dari Kegiatan Bela Negara, yang sangat penting untuk mendidik Generasi Penerus Bangsa. Menggugah kedisiplinan, nasionalisme/cinta tanah air, patriotisme, juga sebagai momen peng-erat warga sekolah, dan juga ajang menyampaikan motivasi, petuah, hikmah kepada seluruh civitas akademika. 


                                     Gambar: Upacara Bendera di MAN 3 Bantul


Dalam upacara bendera sederet acara di gelar yang semuanya bermuara pada kedisiplinan dan jiwa nasionalisme. Mulai dari anak-anak dibariskan dengan sangat rapi, sampai pembubaran barisan setelah selesai upacara bendera.


Daftar Isi



Permendikbud Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah (Tata Upacara Bendera di Sekolah) ditegaskan bahwa tujuan pelaksanaan upacara di sekolah yaitu :
  1. Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  2. Melatih kedisiplinan dan ketertiban.
  3. Menumbuhkan kepemimpinan.
  4. Menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
  5. Melatih rasa tanggung jawab
  6. Meningkatkan kekompakkan dan kerja sama.
Dalam pelaksanaan upacara bendera terdapat petugas-petugas yang menjalankan proses upacara bendera. Para petugas upacara harus mengetahui dengan pasti apa tugas dan perannya demi kelancaran tata upacara bendera.
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah (Tata Cara Upacara Bendera di Sekolah)
Berikut petugas upacara beserta tugasnya :
Pembina upacara  : Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru , pejabat atau tokoh masyarakat.
Tugas   : Mensahkan upacara dan menyampaikan amanat serta melakukan ketentuan dalam rencana pelaksanaan dengan mengingat keadaan, peserta dan tempat upacara.
Pemimpin upacara  : Peserta didik
Tugas   : Memimpin seluruh peserta upacara dengan jalan memberikan aba-aba.
Pengatur upacara : Guru
Tugas   : Menyiapkan rencana acara tata upacara bendera secara tertulis serta segala sesuatunya yang berkaitan dengan pelaksanaan upacara baik perlengkapan maupun petugas-petugasnya untuk kemudian disetujui oleh Pembina upacara.
Pemandu upacara  : Peserta didik
Tugas   : Membacakan susunan upacara bendera
Pembawa Naskah Pancasila : Peserta didik
Tugas   : Membawakan Naskah Pancasila
Pembawa teks Pembukaan UUD 1945 : Peserta didik
Tugas   : Membawa dan membacakan teks Pembukaan UUD 1945 pada saat dan tempat yang telah ditentukan.
Pembaca teks janji siswa : Peserta didik
Tugas   : membawakan teks janji siswa
Pembaca doa : Peserta didik
Tugas   : Membawa serta membacakan doa tersebut pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
Petugas bendera : Peserta didik
Tugas   : membawakan bendera serta mengibarkan bendera Merah Putih dengan benar dan khidmat.
Paduan suara  : Peserta didik
Tugas   : menyanyikan lagu-lagu sesuai acara tata upacara bendera pada saat yang telah ditentukan.

Peserta Upacara

Mengacu pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah ( Tata Upacara Bendera di Sekolah). Peserta Upacara bendera di sekolah terdiri dari :
  1. Kepala Sekolah
  2. Wakil Kepala Sekolah
  3. Semua Guru
  4. Staf dan Tenaga Kependidikan
  5. Pesera didik
  6. Tamu undangan

Susunan upacara  bendera yang di laksanakan di setiap sekolah pada hari senin dan hari besar nasional telah diatur dalam UU atau Permendikbud Nomor 22 Tahun 2018. Tujuan upacara bendera sangat baik untuk penanaman pendidikan karakter anak didik sebagai generasi penerus Bangsa Indonesia.
Petugas upacara bendera memiliki peran penting pada kelancaran proses pelaksanaan upacara bendera. Terlebih lagi dengan petugas pembaca susunan upacara bendera, yang menentukan jalannya prosesi upacara bendera dari awal hingga selesai.

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah (Tata Upacara
 Bendera di Sekolah) ditegaskan bahwa tujuan pelaksanaan upacara di sekolah yaitu :
  1. Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  2. Melatih kedisiplinan dan ketertiban.
  3. Menumbuhkan kepemimpinan.
  4. Menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
  5. Melatih rasa tanggung jawab
  6. Meningkatkan kekompakkan dan kerja sama.

Petugas Upacara dan Tugasnya


Dalam pelaksanaan upacara bendera terdapat petugas-petugas yang menjalankan proses upacara 
bendera. Para petugas upacara harus mengetahui dengan pasti apa tugas dan perannya demi 
kelancaran tata upacara bendera.
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah
 (Tata Cara Upacara Bendera di Sekolah)
Berikut petugas upacara beserta tugasnya :
Pembina upacara  : Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru , pejabat atau tokoh masyarakat.
Tugas   : Mensahkan upacara dan menyampaikan amanat serta melakukan ketentuan dalam rencana 
pelaksanaan dengan mengingat keadaan, peserta dan tempat upacara. 
Pemimpin upacara  : Peserta didik
Tugas   : Memimpin seluruh peserta upacara dengan jalan memberikan aba-aba.
Pengatur upacara : Guru
Tugas   : Menyiapkan rencana acara tata upacara bendera secara tertulis serta segala sesuatunya 
yang berkaitan dengan pelaksanaan upacara baik perlengkapan maupun petugas-petugasnya untuk 
kemudian disetujui oleh Pembina upacara.
Pemandu upacara  : Peserta didik
Tugas   : Membacakan susunan upacara bendera
Pembawa Naskah Pancasila : Peserta didik
Tugas   : Membawakan Naskah Pancasila 
Pembawa teks Pembukaan UUD 1945 : Peserta didik
Tugas   : Membawa dan membacakan teks Pembukaan UUD 1945 pada saat dan tempat yang telah 
ditentukan.
Pembaca teks janji siswa : Peserta didik
Tugas   : membawakan teks janji siswa
Pembaca doa : Peserta didik
Tugas   : Membawa serta membacakan doa tersebut pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
Petugas bendera : Peserta didik
Tugas   : membawakan bendera serta mengibarkan bendera Merah Putih dengan benar dan khidmat.
Paduan suara  : Peserta didik
Tugas   : menyanyikan lagu-lagu sesuai acara tata upacara bendera pada saat yang telah ditentukan.

Peserta Upacara

Mengacu pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah 
( Tata Upacara Bendera di Sekolah). Peserta Upacara bendera di sekolah terdiri dari :
  1. Kepalas Sekolah
  2. Wakil Kepala Sekolah
  3. Semua Guru
  4. Staf dan Tenaga Kependidikan
  5. Pesera didik
  6. Tamu undangan 
Upacara bendera juga mengajak kita untuk berjiwa nasionalis. Berdiri dan menghormat kepada bendera sang saka merah putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Bila anda mampu berdisiplin, maka pada saat pengibaran bendera itu, hati anda akan bergetar sekaligus bangga karena sang merah putih berkibar dengan gagahnya. Di sanalah terlihat bahwa kita adalah bangsa yang telah merdeka dan berdaulat. Merdeka karena jasa para pahlawan kita yang gagah berani mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

Upacara bendera juga mengajarkan pada kita untuk mengenang jasa para pahlawan, mendoakannya, dan menyanyikan lagu-lagu nasional yang membuat peserta didik tahu sejarah bangsa Indonesia dan menanamkan jiwa patriotisme di kalangan anak muda.

Sumber: berbagai sumber
Nurokhmah 
MAN 3 Bantul
16 Januari 2019

Ucapan Lebaran yg indah dan syahdu...

 ﷽ 70 UCAPAN LEBARAN IDUL FITRI 2022 Seluruh umat muslim akan menyambut datangnya hari kemenangan, Hari Raya Idul Fitri. Sudah menjadi tradi...